watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

DARAH PERAWAN

“Yah, kita terlambat deh, Yu.” keluh Dinda.“Sudah
lewat lima menit nih”, Ayu langsung lunglai.Kuliah
pertama hari ini dosennya killer banget, namanya
Pak Sundjoto. Ia benar-benar takut sama Pak
Sundjoto. Namanya saja sudah Sundjoto,
bagaimana senjatanya.
Finally, mereka harus bolos kuliah. Itu lebih baik,
daripada mereka harus dihukum menyalin tugas
statistik tujuh kali.“Ya udah deh, aku mandi dulu.
Kau juga Din, nanti masuk angin” kata Ayu sambil
segera masuk ke kamarnya dengan lemas.
Dinda benar-benar merasa bersalah. Seharusnya
ia tak terlalu lama memilih-milih bra tadi, tapi
Dinda memang paling senang pilih-pilih
underwear. Bisa dikategorikan bahwa Dinda
seorang kolektor underwear. Akibatnya mereka
harus mengejar waktu menembus hujan yang
cukup deras, tapi nyatanya tetap harus terlambat.
Untuk menebus kesalahannya itu Dinda
memasakkan mie goreng untuk Ayu. Ayu gemar
banget sama mie goreng, dan itu merupakan
senjatanya untuk meminta maaf kepada Ayu.
Dinda tak peduli kedinginan. Tanpa harus mandi
dulu, ia sudah menggorengkan mie untuk Ayu.
Lalu Dinda segera membawa mie goreng “made
in” dirinya ke kamar Ayu. Ayu kaget ketika Dinda
tiba-tiba masuk ke kamarnya begitu saja.
Pasalnya Ayu belum selesai memakai bajunya. Ia
masih bertelanjang dada. Untung bagian paling
sensitifnya sudah ‘diamankan’ sebelum Dinda
masuk tadi.
Dinda juga tak kalah kagetnya. Ia sampai
terbengong-bengong memandangi
pemandangan indah yang terhampar di depan
matanya. Kedua bukit kembar Ayu membusung
di depannya. Sekal membulat sedikit berlebihan
untuk tubuhnya yang agak kurus. Kedua bola
mata Dinda yang bening nanar memandangi
kedua daging kecil coklat kemerah-merahan yang
bertengger di kedua ujung bukit kembar itu.
Darah Dinda bagai disiram air hujan, dingin
menggigil. Ia terbayang beberapa adegan blue
film yang pernah ditontonnya.
Hujan semakin deras di luar. Petir mengelegar
memekakkan telinga. Dinda tersentak
mendengarnya.“Ah, maaf Yu. Aku tak sengaja.
Ini mie goreng untukmu. Makanlah selagi
hangat,” kata Dinda sedikit gugup.Diletakkannya
sepiring mie goreng itu di meja rias. Dinda segera
berbalik hendak pergi tapi urung karena Ayu
memanggilnya.
“Din, aku masuk angin. Kamu mau kerokin kan
aku?” pinta Ayu.Mulanya Dinda ingin menolak. Dia
takut birahinya muncul dan salah tempat karena
Ayu dan Dinda sejenis. Tapi melihat wajah
memelas Ayu, perasaan bersalah Dinda kembali
muncul. Bagaimanapun juga Dinda yang
menyebabkan Ayu jadi masuk angin. Akhirnya
Dindapun bersedia menuruti permintaan Ayu.
“Sebentar aku ambilkan balsemnya,” ujar Dinda
segera keluar kamar Ayu.Tapi ternyata Ayu
menyusul Dinda. Ayu berfikir di kamar Dinda
juga tidak apa-apa, sama saja. Maka dengan
hanya mengenakan CD-nya Ayu masuk ke kamar
Dinda. Tentu saja Ayu tidak perlu khawatir karena
mereka hanya berdua di rumah itu saat ini.
“Disini saja, Din.” kata Ayu membuat Dinda
terkejut tak menyangka Ayu akan menyusul ke
kamarnya.Ayu menelungkupkan badannya diatas
ranjang. Kemudian Dinda duduk di tepi ranjang
untuk mulai mengerokin kulit punggung Ayu.
Tapi niat itu urung dengan tiba-tiba. Jemari Dinda
menyentuh kulit punggung Ayu sekilas. Kulit
punggung Ayu halus sekali.
Punggung Ayu yang agak kecoklat-coklatan
nampak belang di bagian yang biasa tertutup tali
bra. Tanpa sadar Dinda menyentuhkan jari
telunjuknya menyusuri bagian punggung Ayu
yang belang itu. Dari punggung atas teruuss
menyamping. Ayu yang merasa kegelian
membalikkan badan. Pada saat itulah tanpa
sengaja jari telunjuk Dinda menyentuh payudara
kiri Ayu.
“Kenapa, Din?” tanya Ayu sedikit mengatupkan
mata menahan rasa merinding di
tubuhnya.“Kulitmu halus sekali.”ujar Dinda
dengan nafas tersendat.Mata Dinda kembali
tertuju pada bukit kembar yang terpampang di
depannya.“Milikmu besar sekali.” lanjut
Dinda.“Kamu sudah pernah ML (make love)
ya?”“Siapa bilang? Ini keturunan.”, jawab Ayu
sambil sedikit mengangkat bukit kirinya ke atas,
bagaikan menantang setiap tangan untuk
memegangnya.
Birahi Dinda yang mulai terbakar dan imbas dari
kehujanan tadi membuat Dinda menggigil.
Kemudian dilepaskannya kaosnya yang sudah
agak kering. Tersembulah dua bukit kembar
Dinda yang masih terbalut kain bra. Dua bukit
yang sebenarnya agak kecil itu terlihat lebih besar
dari ukuran sebenarnya karena menegang
menahan birahi Dinda yang mulai meluap. Entah
mengapa Ayu menjadi senang ketika Dinda
melepas kaosnya.
“Milikmu juga besar Din.” kata Ayu.Dinda
memandangi kedua bukit yang masih tertutup
kain itu“Coba aku buka ya” pinta Ayu.
Ayu menempelkan tubuhnya ke tubuh Dinda
untuk membuka pengait bra di punggung Dinda
sehingga Dinda mudah untuk melepaskannya.
Mata Ayu berbinar-binar memandangi dua bukit
kembar ukuran 32 milik Dinda itu. Walau sedikit
lebih kecil dari miliknya, tapi milik Dinda itu
nampak lebih ranum. Tentu saja itu karena birahi
Dinda yang mulai bergolak. Tiba-tiba Dinda
melepaskan klok yang dipakainya. Sesekali
gerakannya tersendat. Kini mereka berdua sama.
Hanya memakai CD tanpa penutup lain.
“Yuu.. aku rasanya mau..” suara Dinda
mendesah“Mau apa?” tanya Ayu dengan tatapan
menggoda.“Aku tak bisa menahannya Yu..” suara
Dinda makin mendesah.
Tahulah kini Ayu apa yang diinginkan Dinda. Ia
segera menarik tuduh Dinda merebah. Kemudian
dirabanya dada Dinda perlahan dan lembut.
Diresapinya kehalusan kulit Dinda senti demi senti.
Disentil-sentilnya puting payudara Dinda setiap
kali jemari Ayu menyentuhnya. Dada Ayu
bergemuruh, nafasnya naik turun. Sedang Dinda
tersengal-sengal menikmati setiap sentuhan Ayu.
“Yu.. ooh.. dinginn..”“Din.. kamu menggairahkan
banget.. aku.. juga mau..”
Ayu mulai gelap mata. Kini ditindihnya tubuh
Dinda. Bibir Ayu menyentuh bibir Dinda.
Dilumatnya bibir bawah Dinda dengan rakus,
dihisap dan digigit-gigit kecil. Dipermainkannya
lidah Dinda dengan lidahnya hingga membuat
Dinda berkerjap-kerjap. Bukit kembar mereka
saling menghimpit. Keduanya nampak seperti
kembar siam saja, saling menempel dan
melumat. Dinda menggesek-gesekkan
kemaluannya pada kemaluan Ayu berirama.
Sedangkan kedua tangannya telah meremas-
remas kedua bokong Ayu yang semok dan sekal.
Nafas keduanya semakin memburu menikmati
apa yang belum pernah sekalipun mereka
rasakan.
“Ahgh.. Yu.. enak.. teruus aahh” rintih Dinda di
sela-sela cumbuan Ayu.Bibir Ayu turun menjilati
leher Dinda yang jenjang dan memberikan
gigitan-gigitan kecil sehingga nampak noda
merah di beberapa tempat di leher Dinda. Gejolak
birahi Dinda yang telah bergolak bagai tak bisa
dibendung menyambar-nyambar bagai kilat di
sore itu. Dibalikkannya tubuh Ayu sekuat tenaga.
Kini posisi mereka berbalik. Dinda yang berbadan
lebih besar menghimpit tubuh Ayu. Tanpa
banyak pikir diremasnya bukit kembar Ayu
bergantian. Makin lama semakin keras. Ayu
meringis menahan sakit. Lalu Dinda memasukkan
puting merah kecoklat-coklatan itu ke dalam
mulutnya. Di dalam mulutnya Dinda meniup dan
menghisap daging kecil itu. Dijilatinya beberapa
bagian yang bisa digapai oleh lidahnya. Kemudian
digigit-gigitnya gemas daging yang sudah sangat
keras itu.
“Achh..” teriak Ayu kesakitan.Ayu
membenamkan kepala Dinda ke dadanya yang
semakin dibusungkan. Ayu benar-benar
melayang. Manakala jemari Dinda mulai meraba-
raba isi dibalik CD-nya. CD itu telah basah
bermandikan lendir yang berasal dari lubang
vagina Ayu. Dinda meraba-rabanya. Tangannya
kini telah menelusuri setiap lekuk bukit belah yang
berumput basah itu. Disentilnya sesekali ketika
cemarinya menyentuh daging kecil yang
tersembul di antara belahannya.
“Ehh.. nikmat sekali Din.. teruss lakukan teruss..
ehh” Ayu mengerang kenikmatan.Dinda tak
banyak bicara. Ia hanya mendengus-dengus
memburu sambil terus mengulum puting susu
Ayu. Ditekannya vagina Ayu dengan telapak
tangannya. Tersembur cairan kental dari lubang
vagina Ayu yang kini menempel di tangannya.
Dinda menghentikan kulumannya. Dilihatnya
telapak tangannya yang basah oleh cairan dari
lubang vagina Ayu itu. Dijilatnya cairan itu. Tak
berasa.
“Kenapa berhenti, Din?” kata Ayu kesal.“Ikuti
petunjukku Ayu,” pinta Dinda.Dinda segera
melepas CDnya. Kini ia dalam keadaan telanjang
bulat. Tak selembar kainpun membalut tubuhnya.
Dilemparkannya CD yang telah basah itu entah
kemana. Kemudian dilepasnya pula CD milik Ayu.
Ayu membantu dengan meregangkan
selangkangannya. Kini mereka telah sama-sama
polos seperti bayi.
Dinda kini berganti posisi tidur. Tubuhnya masih
tetap menindih tubuh Ayu. Tapi mukanya kini
sudah berada di atas selakang Ayu. Dan wajah
Ayupun sudah berada di bawah selakang Dinda.
Dinda memulainya dengan menciumi vagina
Ayu. Kemudian lidahnya mulai bermain-main di
rerumputan yang telah basah itu.
Ayu bagai diperintah mengikuti semua yang
dilakukan Dinda. Disapunya semua bagian vagina
Dinda yang ditumbuhi bulu-bulu yang agak
jarang. Dijilat-jilatnya klitoris Dinda lalu dihisapnya
agak kuat. Dinda mendesis-desis kegelian. Lalu
dilakukannya hal serupa pada vagina Ayu
membuat Ayu bergelinjangan. Ditekan-tekannya
kembali vagina Ayu dengan telapak tanggannya.
Suur.. cairan kental itu kembali keluar. Dijilatinya
dinding vagina Ayu sehingga membuat Ayu
semakin terlena.
Tiba-tiba Dinda melihat lubang berwarna coklat
kemerah- merahan yang agak terkatup. Dijilat-
jilatnya lubang itu, Ayu bergelinjangan. Dinda
terus menjilatinya sambil mengingat-ingat salah
satu blue film yang pernah ditontonnya. Mungkin
lubang inilah yang dimaksud. Lubang yang selalu
disodok oleh penis kalau ingin mendapatkan
kepuasan tertinggi. Mata Dinda berbinar-binar. Ia
berguling ke samping, lalu membisikkan sesuatu
ke telinga Ayu.“Aku akan membawamu terbang,
Yuu..”
Ayu mengangguk pasrah. Yang terpenting
baginya adalah menikmati permainan Dinda
selanjutnya. Dinda meraih sebatang wortel dari
rak sayur di bawah meja. Kemudian ditekuknya
siku kaki Ayu dengan posisi agak mengangkang
sehingga kepala Dinda mudah mencumbu
kembali bagian terpeka Ayu itu. Dengan perlahan
ditusukkannya ujung wortel itu ke dalam lubang
kemaluan Ayu. Ayu merintih-rintih kesakitan.
Vaginanya terasa panas dan nyeri. Tapi Dinda
terus mendorongnya ke dalam.
“Aaahh..” Ayu menjerit badannya terduduk
seketika.Matanya liar memandangi benda apakah
gerangan yang telah membuatnya merasa
kesakitan. Darah segar menyembur,
keperawanan Ayu telah amblas. Dinda menarik
keluar batang wortel itu, tapi belum sampai keluar
sepenuhnya, sudah dimasukkan kembali. Mata
Dinda mengerjap-ngerjap. Sedang Ayu
memandangi batang wortel yang keluar-masuk
lubang keperawanannya dengan nafas
menghentak-hentak. Ada rasa nikmat di antara
rasa nyeri di lubang kewanitaannya.
Kemudian direbutnya batang wortel itu dari
tangan Dinda. Dimasukkannya ujung wortel itu
lebih dalam dengan tangganya sediri. Matanya
terpejam menikmati kenikmatan yang luar biasa.
Dinda yang merasa kelelahan tergeletak
bersimbah keringat.
Hatinya bergemuruh mengenang yang barusan
terjadi. Ada apa dengannya? Apakah dia sudah
menjadi seorang lesbi? Ah, tidak! Ia masih
normal! Hati Dinda berontak. Ia segera berlari
keluar kamar sebelum Ayu kembali memburunya
dengan batang wortel yang masih bersimbah
darah keperawanan Ayu.


Adult | GO HOME | Exit
1/887
U-ON

inc Powered by Xtgem.com